Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Kafe Dermaga Sandeq Nusantara milik Polda Sulawesi Barat (Sulbar) yang dibangun di Kabupaten telah ditutup usai 5 bulan beroperasi. Kafe itu kini berubah menjadi Markas Polairud Polda Sulbar.
Kafe yang terletak di Jalan Arteri Mamuju itu dibongkar pada Senin (7/7). Keberadaan kafe itu menuai sorotan di media sosial setelah mendadak dibongkar dan berubah fungsi.
“Memang itu tempatnya Polair, ya udah. Emang kantor Polair itu dari dulu,” ujar Dirpolairud Polda Sulbar Kombes Deny Pudjianto kepada wartawan, Rabu (9/7/2025).
Deny mengatakan lahan tempat kafe berdiri sebelumnya dipinjam Kapolda Sulbar Irjen Adang Ginanjar dan warga bernama Andi Asdar untuk pembangunan kafe. Namun dia tidak merinci alasan kafe tersebut ditutup.
“Cuman di situ Pak Kapolda, apa, Andi Asdar di situ dia numpang (bikin kafe), jangan kaget, itu kantor Polair, itu lahannya Polda, dari dulu punya Polda,” katanya.
Sebagai informasi, Kafe Dermaga Sandeq Nusantara resmi diluncurkan pada Selasa (11/2). Peluncuran kafe dihadiri Pj Gubernur Sulbar yang saat itu masih dijabat Bahtiar Baharuddin. Selain itu turut hadir Kapolda Sulbar Irjen Adang Ginanjar hingga Wakil Ketua DPRD Sulbar.
Kala itu, Bahtiar Baharuddin memuji inisiatif Kapolda yang membangun ikon baru di Mamuju. Menurutnya, kafe itu bisa menjadi destinasi bagi tokoh nasional maupun pengusaha yang datang ke Mamuju.
“Saya kira Dermaga Sandeq yang telah diwujudkan Ibu Kapolda bersama Pak Kapolda ini harus menjadi kebanggaan orang Sulbar, terutama orang Mamuju. Ini bisa menjadi ikon baru Sulbar,” kata Bahtiar saat peresmian.
Sementara Kapolda Sulbar Irjen Adang Ginanjar mengungkapkan tempat tersebut merupakan bagian dalam menyemarakkan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Mamuju. Ia mengucapkan terimakasih kepada Pemkab Mamuju atas pemberian lahan itu.
“Dengan adanya kafe ini bisa ke depannya bisa dinikmati secara menyeluruh, karena saat ini baru kita soft opening. Tentu masukan semuanya sangat kami butuhkan, kita harap semua masyarakat bisa menikmati kegiatan dan wisata laut,” ujar Irjen Adang.
Belakangan, kafe tersebut memicu polemik di masyarakat lantaran berdiri di jalur arteri atau jalan bebas hambatan. Selain itu, kafe juga tidak memiliki area parkir mobil sehingga membuat pengunjung menepikan kendaraan dijalurarteri.