3 Temuan Arkeologi Tertua Dunia di Sulawesi, Ada Lukisan Berusia 51.000 Tahun

Posted on

Pulau Sulawesi menyimpan beragam keunikan, baik dari sisi alam, budaya, maupun sejarahnya. Di balik keunikan tersebut, Sulawesi juga menyimpan sejumlah temuan bersejarah yang dapat membantu mengungkap sejarah panjang peradaban manusia.

Sejumlah situs arkeologi tertua di dunia yang berhasil ditemukan di Sulawesi, menjadi bukti bahwa jejak peradaban manusia di wilayah ini telah ada jauh lebih dulu dari yang kita bayangkan selama ini.

Salah satu yang cukup menghebohkan adalah temuan lukisan cadas di beberapa gua prasejarah Sulawesi, khususnya di kawasan Maros-Pangkep. Lukisan purba tersebut diperkirakan berusia lebih dari 51.000 tahun.

Selain temuan lukisan tertua tersebut, ada beberapa situs tua lain yang juga ditemukan di Sulawesi. Di antaranya gong tertua di dunia yang berada di Kabupaten Selayar serta layang-layang tertua di dunia yang berada di wilayah Muna.

Temuan-temuan ini tentunya memperkuat bukti bahwa Sulawesi merupakan rumah bagi sejumlah situs arkeologi tertua di dunia.

Dalam artikel ini infoSulsel akan membahas 3 temuan arkeologi tertua dunia yang ada di Sulawesi serta mengulas kisa-kisah unik di balik temuan tersebut. Penasaran? Simak selengkapnya berikut ini!

Salah satu penemuan arkeologi tertua di Sulawesi berada di Kabupaten Kepulauan Selayar, yaitu Gong Nekara. Benda kuno yang diyakini sebagai nekara tertua di Asia Tenggara ini berada di Dusun Bontobangun, jaraknya sekitar 4 kilometer dari pusat Kota Benteng.

Menurut sejarah, nekara tersebut ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1686 oleh seorang warga bernama Sabuna dari Kampung Rea-Rea Ketika sedang menggarap sawah. Pada tahun 1760, nekara itu dipindahkan ke Bonto Bangung dan dijadikan kalompoang/arajang (benda pusaka keramat) oleh Kerajaan Bonto Bangung, salah satu kerajaan di Pulau Selayar.

Setelah material serta bentuk nekara tersebut diteliti, para ahli sejarah menyimpulkan bahwa gong nekara tersebut berasal dari zaman perunggu. Nekara yang ditemukan di Selayar ini terbuat dari perunggu dengan desain menyerupai dandang terbalik dengan luas lingkaran permukaan sekitar 396 cm², lingkar pinggang 340 cm², dan tinggi 95 cm.

Keunikan gong nekara ini terdapat pada hiasan ornamennya berupa aneka flora dan fauna yang terdiri dari 16 ekor gajah, 54 ekor burung, 11 pohon sirih, dan 18 ekor ikan. Selain itu, di bagian atas gong juga terdapat empat arca kodok berukuran 20 cm dan empat daun telinga di sisi samping yang berfungsi sebagai pegangan.

Terdapat pola geometris yang menghiasi permukaan pukulan gong nekara tersebut. Sementara itu, di bagian tengahnya dihiasi bintang dengan 16 sudut. Jika dilihat dari arah samping atau secara vertikal, gong ini terdiri dari kaki berbentuk silinder, badan, dan bahu yang menonjol.

Gong ini memiliki nilai seni dan sejarah yang begitu tinggi sehingga membuatnya sempat menjadi incaran pencuri. Satu dari empat arca kodok pernah hilang dan baru ditemukan kembali di Jakarta bertahun-tahun kemudian.

Sejak insiden pencurian tersebut, pemerintah provinsi mengambil langkah pelestarian dengan membangun rumah pelindung khusus untuk melindungi gong nekara dari tangan-tangan pencuri lainnya.

Jika infoers ingin menyaksikan langsung benda kuno ini, infoers dapat berkunjung ke Dusun Matalalang, Kelurahan Bontobangun, Kota Benteng. Gong nekara ini ditempatkan di sebuah ruangan khusus dekat kantor kelurahan, menjadi saksi bisu peradaban manusia di Selayar, sekaligus sebagai warisan budaya yang patut dijaga.(1)

Bagi warga Makassar dan sekitarnya, Kawasan Karst Maros-Pangkep tentunya tak asing lagi. Kawasan tersebut menjadi salah satu kawasan karst terbesar dan terindah di dunia dan menjadi habitat alami berbagai hewan endemik khas Sulawesi Selatan.(2)

Di kawasan tersebut pula, tepatnya di Leang Karampuang, ditemukan lukisan tertua di dunia yang diperkirakan berusia lebih dari 51.000 tahun. Lukisan tertua tersebut ditemukan tim penelitian kerja sama antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Griffith University, dan Southern Cross University (SCU).

Lukisan tersebut menggambarkan tiga figur menyerupai manusia yang sedang berinteraksi dengan seekor babi hutan. Berdasarkan hasil penelitian, seni hias di bawah lapisan tersebut memiliki pertanggalan paling awal sekitar 51.200 tahun yang lalu.

Fakta ini menjadikan lukisan babi hutan tersebut sebagai gambar hias gua tertua di dunia, sekaligus narasi seni paling awal yang pernah ditemukan dan diteliti hingga saat ini.

Dalam menentukan umur lukisan tersebut, tim peneliti menggunakan metode analisis mutakhir melalui ablasi laser U-series (LA-U-series). Metode ini digunakan untuk mendapatkan pertanggalan akurat pada lapisan tipis kalsium karbonat yang terbentuk di atas seni hias tersebut.

Temuan menarik lainnya, pada lukisan cadas tersebut terdapat cap tangan yang digambar lebih dulu sebelum menggambar babi. Umur gambar cap tangan tersebut diperkirakan lebih tua dari 51.000 tahun.

Penemuan lukisan tertua tersebut menjadi bukti perkembangan peradaban manusia. Ini menunjukkan bahwa sejak 50.000 tahun lalu, manusia sudah bisa berkomunikasi dalam bentuk gambar bercerita.(3)

Jika di Maros terdapat lukisan tertua di dunia, di Desa Wisata Liangkobhori, Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) terdapat layang-layang purba tertua di dunia. Layangan yang dikenal dengan sebutan Kaghati Kolope ini menjadi salah satu ikon utama di Desa Wisata Liangkobhori.

Kaghati Kolope sebagai layang-layang tertua di dunia ini dibuktikan dengan adanya gambar layang-layang purba pada dinding Goa Liangkobhori di Desa Wisata Liangkobhori.

Jika layang-layang modern umumnya dibuat dengan bahan kertas, layang-layang purba Kaghati Kolope dibuat dari bahan Utama daun umbi hutan yang di daerah tersebut dikenal dengan nama daun kolope. Talinya dibuat dengan menggunakan serat nanas hutan, sedangkan kerangka serta penyambung antar daunnya dibuat menggunakan bambu buluh.

Sebagai upaya memperkenalkan layang-layang ini kepada para wisatawan nasional maupun mancanegara, di Desa Wisata Liangkobhori disediakan souvenir Kaghati Kolope.

Pengunjung yang ingin mencoba cara pembuatan layangan purba ini juga akan difasilitasi semua bahan oleh pengelola. Tak hanya itu, di desa wisata ini juga disediakan pemandu yang dapat memberikan panduan cara pembuatan layang-layang Kaghati Kolope.

Referensi:

1. Laman resmi Pemerintah Kabupaten Selayar
2. laman Geopark Maros Pangkep
3. Laman resmi Badan Riset dan Inovasi Nasional
4. Laman Jejaring Desa Wisata Kemenparekraf

1. Gong Nekara Tertua di Dunia – Selayar

2. Lukisan Tertua di Dunia Berusia 51.000 Tahun – Maros

3. Kaghati Kolope, Layang-layang Tertua di Dunia – Muna