15.120 Balita di Sulsel Segera Terima Insentif Penanganan Stunting Rp 1 Juta

Posted on

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan () segera menyalurkan insentif program penanganan stunting Rp 1 juta kepada masing-masing 15.120 balita stunting di Sulsel. Insentif itu akan langsung ditransfer ke rekening masing-masing penerima.

“Sementara koordinasi dengan Bank Sulselbar Syariah, manajernya. Lagi difasilitasi untuk buku rekening. Jadi penerima juga dibuatkan rekening bank. Penyalurannya secepatnya tergantung kesiapan bank,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulsel, Ishaq Iskandar kepada infoSulsel, Selasa (26/8/2025).

Bantuan tersebut merupakan inisiasi Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman untuk membantu anak dan balita di Sulsel keluar dari stunting dan permasalahan gizi lainnya. Bantuan itu merupakan bagian dari program Aksi Stop Stunting (ASS).

“Penerimanya anak yang bermasalah gizi sebanyak 15.120 anak yang tersebar di 24 kabupaten/kota terdiri dari 504 lokus atau desa. Pendataan dilakukan tenaga pendamping gizi di setiap desa se-Sulsel,” ujar Ishaq.

Menurut dia, skema bantuan yang diberikan dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama Rp 300 ribu diberikan jika anak tersebut berkenan mengikuti program ASS, sedangkan tahap kedua sebesar Rp 700 ribu diberikan setelah anak mengikuti program tersebut selama 56 hari.

“Pembayarannya dibagi dua tahap. Tahap pertama sebesar Rp 300 ribu, dan tahap kedua Rp 700 ribu. Ini diterima setelah program intervensi selesai selama 56 hari. Jadi mulai di tabungan dikasih Rp 300 ribu dulu, setelah selesai programnya di kasih Rp 700 ribu lagi,” jelasnya.

Menurut Ishaq, program penanganan stunting itu juga meliputi pemeriksaan berat badan, tinggi badan, edukasi gizi, periksa kesehatan. Semua penerima wajib mengikuti program tersebut untuk keluar dari masalah stunting.

“Intervensi pemberian makanan tambahan balita dimulai 8 Agustus 2025. Pemberian makanan tambahan selama 56 hari sesuai juknis Kementerian Kesehatan. Makanan tambahan diberikan setiap hari, tidak bisa putus selama 56 hari, sehari dapat sekali,” jelasnya.

Selain itu, makanan tersebut diambil orang tua anak ke rumah gizi di setiap lokus. Namun jika orang tua tak sempat mengambil makanan tambahan, akan diantarkan tim pendamping.

“Orang tua penerima datang ke rumah gizi di setiap lokus, tapi kalau tidak bisa di antarkan ke rumahnya oleh petugas. Menunya itu kandungannya dobel protein,” pungkasnya.

Program ini melibatkan 1.000 tim pendamping gizi daerah (TPGD) dan 1.000 kader PKK di tiap desa. Mereka juga memberikan pendampingan terhadap 1.008 ibu hamil. Program ini diharap mampu memperbaiki angka prevalensi Stunting Sulsel dalam Survei Status Gizi Indonesia (SSGI).

Tahun 2024, SSGI menempatkan Sulsel di urutan 17 dari 38 provinsi di Indonesia dengan angka prevalensi Stunting 23,3 persen. Angka ini masih berada di atas angka prevalensi Stunting nasional yakni 19,8 persen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *