10 Pidato Hari Santri 2025 Singkat dan Inspiratif, Kobarkan Semangat Juang!

Posted on

Bangsa Indonesia memperingati Hari Santri Nasional (HSN) Setiap tanggal 22 Oktober. Biasanya, dalam rangka memperingati HSN ini digelar upacara bendera atau kegiatan lain yang disertai dengan pembacaan pidato.

Pidato Hari Santri 2025 tak sekadar rangkaian kata-kata, tetapi sarana untuk menanamkan nilai-nilai perjuangan, keimanan, dan kebangsaan di hati generasi muda. Selain itu, pidato yang dibawakan dapat berisi ajakan kepada santri atau generasi muda secara umum untuk terus berbakti kepada masyarakat dan turut serta dalam menjaga persatuan dan keutuhan bangsa.

Tak harus panjang, pidato singkat dengan pesan yang terstruktur justru lebih mudah diingat dan dipahami oleh pendengar. Nah, sebagai referensi, berikut kumpulan contoh pidato Hari Santri Nasional 2025 yang telah dirangkum infoSulsel dari berbagai sumber.

Yuk, disimak!

Berikut beberapa contoh pidato Hari Santri Nasional 2025 berbagai tema yang bisa menjadi referensi:

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang saya hormati para guru, para kiai, ustaz dan ustazah, serta teman-teman santri yang saya cintai.

Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita dapat berkumpul bersama untuk memperingati Hari Santri Nasional tahun 2025 dengan penuh semangat dan kebahagiaan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, yang telah menjadi teladan dalam menjaga iman dan membangun peradaban.

Hadirin yang saya muliakan,

Tanggal 22 Oktober setiap tahun bukanlah tanggal biasa. Hari ini kita mengenang perjuangan para santri yang ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sejarah mencatat bahwa resolusi jihad yang dikumandangkan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 menjadi titik penting lahirnya semangat perjuangan rakyat melawan penjajah. Dari pesantren-pesantren di seluruh Nusantara, para santri bangkit, membawa semangat cinta tanah air yang menyala.

Santri bukan hanya ahli mengaji, tapi juga pejuang sejati. Mereka berjuang dengan ilmu, dengan doa, dengan tenaga, bahkan dengan nyawa. Karena bagi santri, menjaga agama dan menjaga negeri adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan.

Saudara-saudara sekalian,

Tema Hari Santri tahun ini adalah “Santri Jaga NKRI, Santri Jaga Akhlak.” Tema ini mengingatkan kita bahwa menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia bukan hanya tugas tentara, polisi, atau pemerintah saja, tetapi juga tugas kita semua terutama para santri.

Menjaga NKRI berarti menjaga persatuan, menghargai perbedaan, dan menolak segala bentuk kebencian yang memecah belah bangsa. Menjaga NKRI juga berarti mengamalkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Islam yang membawa rahmat dan kedamaian bagi semua.

Santri masa kini harus mampu menjadi garda terdepan dalam menghadapi tantangan zaman: dari arus digitalisasi, penyebaran hoaks, hingga krisis moral di kalangan generasi muda. Dengan bekal ilmu dan akhlak, santri harus mampu membawa kesejukan di tengah panasnya perbedaan, membawa harapan di tengah keputusasaan, dan membawa kebaikan di tengah derasnya perubahan.

Teman-teman santri yang saya banggakan,

Mari kita lanjutkan perjuangan para santri terdahulu dengan cara kita hari ini. Belajarlah dengan sungguh-sungguh. Gunakan ilmu untuk membangun, bukan untuk menjatuhkan. Gunakan media sosial untuk berdakwah, bukan untuk menyebar kebencian. Jadilah santri yang cinta damai, berakhlak mulia, dan mencintai tanah air dengan sepenuh hati.

Karena sejatinya, menjaga NKRI bukan hanya dengan kata-kata, tapi dengan tindakan nyata melalui kerja keras, kejujuran, dan kepedulian terhadap sesama.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang saya hormati para kiai, ustaz, pejabat pemerintah, tokoh masyarakat, serta seluruh santri dan hadirin yang saya banggakan.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita dapat berkumpul dalam suasana penuh berkah ini untuk memperingati Hari Santri Nasional Tahun 2025.

Hari Santri merupakan momentum berharga bagi bangsa Indonesia untuk mengenang jasa para ulama dan santri dalam memperjuangkan kemerdekaan serta membangun karakter bangsa yang religius dan nasionalis.

Tahun 2025 ini, peringatan Hari Santri mengusung tema “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia”

Saudara-saudara sekalian,

Dalam era digital seperti sekarang, santri dituntut tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga memahami teknologi, ekonomi kreatif, dan sosial kemasyarakatan. Santri harus menjadi agen perubahan yang membawa nilai-nilai Islam yang damai dan menyejukkan.

Mari kita jadikan Hari Santri 2025 ini sebagai ajang untuk memperkuat semangat kebersamaan, meningkatkan kualitas pendidikan pesantren, dan meneguhkan tekad untuk terus berkontribusi dalam membangun bangsa.

Semoga para santri Indonesia selalu menjadi generasi penerus yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bismillah, Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.

“Alhamdulillah. Alhamdulillahilladzi kholaqol mauta wal hayata liyabluwakum ayyukum ahsanu amala. Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah”.

“Allahumma shalli ala Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad”.

Yang terhormat, Bapak/Ibu Kepala …

Yang terhormat, Bapak/Ibu Ketua …

Serta para hadirin tamu undangan yang berbahagia,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan kita nikmat iman, nikmat Islam, nikmat sehat, serta nikmat kesempatan sehingga saya dan kita semua bisa hadir dan menjemput momentum Hari Santri Nasional tahun 2024.

Selawat berbingkai salam kita sampaikan kepada Nabi akhir zaman, Sayyidina Muhammad SAW. Mudah-mudahan kita semua mendapat syafaat beliau di Hari Kiamat nanti.

Bapak, Ibu, serta para tamu undangan yang berbahagia,

Pada tahun 2024 ini kita sama-sama masih berjuang untuk menyehatkan diri, keluarga, madrasah, hingga negeri ini. Dan pada tahun ini pula kita kembali menjemput momentum Hari Santri Nasional.

Barangkali suasana tidak seramai dulu, terutama pada waktu Indonesia masih normal dan tidak diguncang wabah. Walau demikian, tetap tidak apa-apa karena santri punya peran besar, yaitu mewujudkan Indonesia Emas Tahun 2045.

Masih cukup lama, ya? Namun, cita-cita besar negeri ini harus kita rencanakan dan perjuangkan sedari jauh-jauh hari. Sejatinya santri mengambil peran besar untuk memajukan Bumi Pertiwi. Bukan sekadar “pasukan bersarung” yang menggaungkan resolusi jihad, tapi santri juga ikut berperan dalam mencapai Indonesia Maju.

Jika dulu para santri ikut berkontribusi bersama bangsa ini dalam menumpas penjajah menggunakan senjata, sekarang kisahnya menjadi sangat berbeda. Santri hari ini adalah santri milenial, santri kreatif, serta santri yang percaya dengan kemampuan diri.

Sudah bukan zamannya lagi jika ada santri yang tidak mengerti dengan teknologi, dan sudah bukan zamannya lagi jika santri tidak boleh berprestasi di bidang sains dan akademik lainnya.

Untuk itulah, lembaga pesantren maupun madrasah diharapkan mau dan mampu terus mengembangkan kurikulum, kualitas pengajar, serta kualitas output santri agar di hari mendatang mampu bersaing di kancah nasional maupun internasional.

Bapak, Ibu, serta tamu undangan yang dirahmati Allah SWT

Ada jutaan santri di Indonesia yang saat ini sedang menempuh ilmu. Meski mengambil peran penting untuk menggapai cita-cita Indonesia emas tahun 2045, sebenarnya akhlak adalah poin utama yang paling penting.

Kita sama-sama tahu bahwa tidak sedikit anak-anak muda yang mulai bobrok akhlaknya, mulai liar lidahnya dengan kata-kata kotor, serta mulai luntur perilaku hormatnya.

Ilmu pengetahuan memang penting, kecerdasan juga penting, tapi tetap adab dan akhlak adalah yang nomor satu.

Maka, marilah kita semangati para santri untuk istiqomah di jalan kebaikan. Motivasilah para santri dimanapun mereka berada untuk terus belajar, menebar kebaikan, jihad fisabilillah, serta terus memperbaiki diri menuju taqwa.

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT

Sekian pidato yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Mari kita semangati santri dan bangga menjadi santri. Saya akhiri dengan pantun.

Di taman ada mawar berduri,
Di sebelahnya ada bungkus mie kari.
Aku bangga menjadi santri,
Karena santri adalah harapan negeri.

Akhirul kalam, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh,

“Alhamdulillah, Alhamdulillahilladzi arsala rosulahu bil huda wa dinil haq. Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah. Allahumma shalli wa sallim wa barik ala Muhammad, wa ala alihi wasohbihi ajmain”.

Para hadirin yang dimuliakan oleh Allah SWT

Pertama-tama di atas segalanya, mari kita panjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan kita nikmat baik di kala lapang maupun sempit sehingga kita semua bisa berkumpul di ruangan penuh ilmu ini dalam keadaan sehat walafiat.

Selawat berlantunkan salam kita sanjungkan kepada Nabiyullah Muhammad SAW, Rasul penutup para Nabi, dan Rasul yang bakal memberikan syafaat bagi umatnya yang senantiasa bershalawat kepada beliau. Semoga kita termasuk satu di antara umat yang bakal mendapat pertolongan beliau di Hari Akhir nanti. Aamiin.

Hadirin yang dirahmati oleh Allah SWT

Pada kesempatan yang berbahagia ini, kita telah singgah di momentum yang luar biasa, yaitu peringatan Hari Santri Nasional (HSN) Tahun 2024.

Menilik sejarah, tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2015. Penetapan tersebut telah tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) RI Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri.

Hadirin yang berbahagia,

Santri berperan besar terhadap kemajuan negeri. Peran ini sudah digaungkan oleh para ulama kita di masa lalu. Mereka berkisah bahwa tugas santri tidak hanya sekedar baca kitab kuning, bermalam di pesantren atau meramaikan masjid saja melainkan juga ikut serta dalam memajukan negara.

Santri yang hebat adalah mereka yang cinta dengan Tanah Air karena biar bagaimanapun juga, kita semua hidup di Indonesia.

Agama Islam pula mengajarkan bahwa nilai ibadah dan muamalah itu sama pentingnya dan sebagai seorang insan, kita pula perlu berlomba-lomba dalam meraih kebaikan dunia dan akhirat.

Bagaimana caranya?

Hadirin yang saya hormati,

Sebagai seorang santri, sudah kewajiban kita untuk ikut bersiap siaga dan mengerahkan jiwa raga untuk membantu negara.

Tidak perlu ikut berperang ke luar kota, minimal kita bisa siaga jiwa raga terhadap diri sendiri. Dimulai dari menjaga kebersihan jasmani dan rohani serta terus menebarkan pikiran positif di mana pun diri ini berada.

Sebagai gabungan atas resolusi jihad, santri pula bertanggung jawab untuk membersihkan diri dari pemikiran-pemikiran radikal yang bertentangan dengan Islam. Walau begitu, sebagai bangsa yang besar kita juga perlu meninggikan toleransi.

Islam mengajarkan supaya berdakwah itu dilakukan dengan lemah lembut, perkataan yang baik, serta tidak menggunakan kekerasan. Hal tersebut tercantum jelas dalam Surah An-Nahl ayat 125.

Hadirin rahimakumullah,

Pada momentum peringatan Hari Santri Nasional tahun 2024 ini, marilah kita bergotong-royong untuk memperbaiki akhlak diri dan umat dengan mengerahkan kekuatan jiwa dan raga.

Bersamaan dengan hal tersebut, kita pula perlu bersiaga atas gangguan dari luar, baik itu gangguan yang berkaitan dengan iman, Islam, bangsa, negara, hingga kesehatan.

Hadirin yang dirahmati oleh Allah SWT

Sampai di sini dulu pidato yang bisa saya sampaikan. Banyak maaf.

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang saya hormati para guru, kiai, ustaz dan ustazah, serta teman-teman santri yang saya cintai.
Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang mulia ini untuk memperingati Hari Santri Nasional tahun 2025.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, suri teladan sepanjang masa, yang akhlaknya menjadi cahaya bagi seluruh umat manusia.

Hadirin yang berbahagia,
Setiap kali kita memperingati Hari Santri, kita tidak hanya mengenang sejarah perjuangan para santri di masa lalu, tetapi juga meneguhkan kembali nilai-nilai yang menjadi ciri khas seorang santri: iman, ilmu, dan akhlak.
Dari ketiganya, akhlak adalah yang paling utama – sebab ilmu tanpa akhlak bisa menyesatkan, kekuatan tanpa akhlak bisa menghancurkan, dan kemajuan tanpa akhlak hanyalah kesombongan.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Hadis ini menjadi pedoman bahwa misi utama Islam bukan hanya untuk menambah ilmu pengetahuan, tetapi untuk membentuk manusia yang berakhlak luhur.

Teman-teman santri yang saya banggakan,
Di pesantren, kita belajar bukan hanya membaca kitab, tetapi juga membaca kehidupan. Kita diajarkan untuk sopan kepada guru, hormat kepada orang tua, rendah hati terhadap sesama, dan sabar dalam menghadapi ujian. Itulah yang membedakan santri dari sekadar pelajar biasa.
Akhlak mulia bukan hanya terlihat dari cara kita berbicara, tetapi juga dari cara kita berpikir, bersikap, dan bertindak.

Namun di zaman modern seperti sekarang, akhlak sering kali terabaikan. Banyak yang lebih bangga dengan popularitas daripada kejujuran, lebih mementingkan penampilan daripada keikhlasan.
Padahal, di tengah derasnya arus perubahan, santri harus menjadi penyejuk, menjadi teladan bagi masyarakat, menjadi pelita di tengah kegelapan moral.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Akhlak mulia juga harus diterapkan di dunia digital. Dalam bermedia sosial, santri harus berhati-hati dalam berkata, menahan diri dari menyebar fitnah, dan senantiasa menebar kebaikan. Karena di zaman ini, satu jari bisa menjadi sebab pahala – tapi juga bisa menjadi sebab dosa.
Menjadi santri di era modern berarti menjaga akhlak tidak hanya di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya.

Teman-teman yang saya cintai,

Mari kita jadikan Hari Santri Nasional 2025 ini sebagai momen untuk memperkuat akhlak dalam diri kita.
Jika ingin bangsa ini kuat, maka bangunlah akhlak generasinya. Jika ingin Islam kembali jaya, maka jadikan santri sebagai teladan akhlak dan kesantunan.

Kita mungkin tidak bisa menjadi pahlawan di medan perang seperti para santri zaman dulu, tetapi kita bisa menjadi pahlawan akhlak di zaman ini – dengan kejujuran, kerja keras, kesopanan, dan ketulusan.

Hadirin yang saya muliakan,

Mari kita terus belajar, berjuang, dan berakhlak. Karena sejatinya, kemuliaan seorang santri bukan terletak pada tinggi ilmunya, tapi pada rendah hatinya.
Semoga dengan semangat Hari Santri Nasional tahun ini, kita semua mampu menjadi generasi yang berilmu, berakhlak, dan berkontribusi nyata bagi agama, bangsa, dan kemanusiaan.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang saya hormati para guru, para kiai, ustaz dan ustazah, serta sahabat-sahabat santri yang saya banggakan.

Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas limpahan rahmat dan karunia-Nya. Karena atas izin-Nya, kita dapat berkumpul di tempat yang mulia ini untuk memperingati Hari Santri Nasional tahun 2025 – sebuah hari yang penuh makna bagi seluruh umat Islam di Indonesia.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, sosok yang telah mengajarkan kita arti cinta sejati – cinta kepada Allah, cinta kepada sesama, dan cinta kepada tanah air.

Hadirin yang berbahagia,

Sejarah bangsa Indonesia mencatat dengan tinta emas, bahwa para santri memiliki peran besar dalam perjuangan kemerdekaan. Jauh sebelum Indonesia merdeka, para ulama dan santri telah mengorbankan waktu, tenaga, bahkan nyawa demi tegaknya kalimat La ilaha illallah dan berdirinya negara yang merdeka.

Tanggal 22 Oktober 1945, KH. Hasyim Asy’ari menyerukan Resolusi Jihad sebuah seruan yang membakar semangat rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan dari penjajah. Dari situlah, semangat santri untuk mencintai tanah air tidak hanya diucapkan, tapi juga dibuktikan dengan perjuangan nyata.

Cinta tanah air bagi santri bukan sekadar slogan. Ia adalah bagian dari iman. Sebab, sebagaimana dikatakan ulama:

“Hubbul wathan minal iman” (cinta tanah air adalah sebagian dari iman).

Artinya, mencintai negeri ini adalah bentuk ketaatan kepada Allah, karena menjaga negeri berarti menjaga kehidupan umat manusia di dalamnya.

Teman-teman santri yang saya cintai,

Cinta tanah air di masa kini tentu berbeda dengan masa perjuangan dulu. Kita tidak lagi harus mengangkat senjata, tapi kita harus berjuang dengan cara yang sesuai dengan zaman kita.
Kita tunjukkan cinta tanah air dengan belajar sungguh-sungguh, menjaga kebersihan lingkungan, menegakkan kejujuran, serta menolak segala bentuk perpecahan dan kebencian.

Menjadi santri berarti menjadi pribadi yang siap mengabdi kepada bangsa. Karena di balik sarung yang sederhana, tersimpan semangat besar untuk menjaga persatuan Indonesia.

Santri tidak boleh apatis terhadap keadaan bangsa. Santri harus hadir di bidang pendidikan, sosial, teknologi, hingga politik untuk membawa perubahan yang berlandaskan nilai-nilai Islam dan kemanusiaan.

Hadirin yang saya hormati,

Saat ini, cinta tanah air juga berarti bijak dalam bermedia sosial, tidak ikut menyebarkan hoax, dan tetap menjaga kehormatan bangsa di dunia maya. Dunia digital adalah medan baru perjuangan kita. Maka, mari kita isi ruang-ruang itu dengan hal-hal positif yang mencerminkan semangat santri sejati: sopan, santun, dan beradab.

Teman-teman sekalian,

Santri masa kini harus bisa menjadi contoh bahwa mencintai tanah air bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan karya nyata.
Jadilah santri yang menebar manfaat, santri yang peduli terhadap sesama, santri yang bekerja dengan hati, dan santri yang menjaga Indonesia dari kerusakan moral.

Karena sejatinya, cinta tanah air adalah wujud rasa syukur kepada Allah atas tanah yang subur, bangsa yang beragam, dan kedamaian yang kita rasakan hari ini. Maka, mari kita rawat persaudaraan, kita jaga kerukunan, dan kita doakan agar Indonesia senantiasa diberkahi dan dijauhkan dari perpecahan.

Santri cinta tanah air, santri jaga negeri, santri untuk Indonesia!

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang saya hormati para guru, kiai, ustaz dan ustazah, serta teman-teman santri yang saya banggakan.

Puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya. Karena dengan izin-Nya, kita semua dapat berkumpul di tempat ini dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional tahun 2025, sebuah momen penting untuk mengenang perjuangan para santri dan ulama dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, sosok yang telah mengajarkan kita arti sejati dari perjuangan, pengorbanan, dan cinta tanah air.

Hadirin yang berbahagia,

Jika kita menatap bendera Merah Putih yang berkibar, di sana tersimpan makna yang begitu dalam. Warna merah melambangkan keberanian, sedangkan putih melambangkan kesucian. Dua warna itu bukan sekadar kain, melainkan simbol perjuangan, darah, dan doa yang dipersembahkan oleh para pahlawan termasuk para santri dan ulama demi tegaknya kemerdekaan Indonesia.

Dulu, para santri berjuang menjaga Merah Putih dengan tekad dan keberanian. Mereka berangkat ke medan perang membawa bambu runcing, ayat suci, dan doa di hati. Namun kini, tugas kita berbeda. Kita tidak lagi mengangkat senjata, tapi kita harus menjaga Merah Putih dengan iman dan ilmu.

Iman adalah benteng kita, sedangkan ilmu adalah senjata kita.
Dengan iman, kita mampu menjaga hati dari kezaliman, dan dengan ilmu, kita mampu menjaga bangsa dari kebodohan dan kehancuran moral. Iman menuntun kita untuk berbuat benar, sementara ilmu membimbing kita untuk berpikir cerdas. Dua hal inilah yang harus berjalan seimbang agar Indonesia tetap berdiri tegak dalam cahaya kemajuan dan ketakwaan.

Teman-teman santri yang saya banggakan,

Menjaga Merah Putih berarti menjaga persatuan di tengah perbedaan. Kita hidup di negara yang beragam suku, budaya, dan bahasa namun Islam mengajarkan kita bahwa perbedaan adalah rahmat, bukan alasan untuk saling menjatuhkan. Sebagai santri, kita punya peran penting untuk menjadi penyejuk, menjadi perekat, menjadi pelindung nilai-nilai persaudaraan di tengah bangsa yang majemuk ini.

Menjaga Merah Putih juga berarti berjuang di bidang kita masing-masing. Belajarlah dengan sungguh-sungguh, karena setiap ilmu yang kamu kuasai adalah bentuk cinta kepada tanah air. Gunakan teknologi dengan bijak, tebarkan pesan damai, dan jadilah generasi santri yang berakhlak, berpengetahuan, dan berjiwa nasionalis.

Ingatlah, santri bukan hanya mereka yang tinggal di pesantren. Siapa pun yang menjunjung tinggi nilai iman dan ilmu, yang berjuang menjaga keutuhan bangsa dengan hati yang bersih, sejatinya adalah santri bagi negeri ini.

Hadirin yang saya hormati,

Mari kita warisi semangat para santri terdahulu dengan cara kita hari ini. Kibarkan Merah Putih di dada kita, tanamkan iman di hati kita, dan tegakkan ilmu di kepala kita. Dengan iman, kita kokoh. Dengan ilmu, kita maju. Dengan keduanya, Indonesia akan terus berdiri megah di bawah naungan ridha Ilahi.

Santri Jaga Iman, Santri Junjung Ilmu, Santri Bela Merah Putih!

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji hanya bagi Allah Subhanahu Wata’ala, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, suri teladan agung bagi seluruh umat manusia.

Yang saya hormati para asatidz, para guru, para kiai, ustaz dan ustazah, serta seluruh santri yang saya cintai karena Allah.
Hari ini, kita berkumpul dalam suasana penuh berkah untuk memperingati Hari Santri Nasional tahun 2025. Hari yang tidak sekadar peringatan, tapi sebuah pengingat-bahwa santri memiliki jejak panjang dalam perjalanan bangsa ini.

Hadirin yang berbahagia,

Ketika kita menyebut kata santri, sejatinya kita sedang menyebut kata yang sarat dengan makna perjuangan. Santri zaman dulu adalah pejuang tanpa pamrih. Mereka berjuang dengan tekad yang kuat, dengan doa yang tak putus, dan dengan cinta yang tulus kepada tanah air.

Dalam kesederhanaan hidup di pesantren, mereka mengasah jiwa keberanian, keikhlasan, dan keimanan.
Bambu runcing mereka mungkin sederhana, tapi semangatnya tak terkalahkan. Doa mereka menjadi benteng, dzikir mereka menjadi senjata, dan cinta kepada bangsa menjadi bahan bakar perjuangan mereka.

Santri zaman dulu tidak hanya mengaji kitab kuning, tapi juga mengibarkan Merah Putih. Mereka tidak menuntut imbalan, tidak menunggu pujian. Yang mereka inginkan hanyalah agar negeri ini merdeka, agar rakyat hidup dalam damai dan bermartabat.
Merekalah wajah sejati dari perjuangan tanpa pamrih.

Namun, santri zaman kini punya medan perjuangan yang berbeda.
Kita tidak lagi mengangkat senjata, tapi kita berjuang dengan ilmu, akhlak, dan kontribusi nyata. Santri hari ini adalah penggerak negeri. Kita harus mengisi kemerdekaan dengan karya, dengan inovasi, dan dengan keteladanan. Santri harus hadir di semua lini, di madrasah, di kampus, di dunia digital, bahkan di ruang publik dan pemerintahan.

Kita ingin melihat santri menjadi dokter yang jujur, insinyur yang amanah, guru yang penuh kasih, pejabat yang berintegritas, dan pengusaha yang dermawan. Karena santri sejati tidak hanya pandai berdoa, tetapi juga mampu bekerja dan berkarya untuk umat dan bangsa.

Anak-anakku, para santri yang saya banggakan,

Ingatlah selalu: warisan terbesar para ulama bukanlah harta, melainkan akhlak dan semangat perjuangan. Jagalah nama baik santri dengan perilaku yang sopan, tutur kata yang lembut, dan hati yang bersih. Gunakan teknologi dengan bijak, jadilah duta kebaikan di dunia maya, bukan penyebar kebencian. Karena di tangan kalianlah, wajah Islam yang damai dan rahmatan lil ‘alamin akan terlihat oleh dunia.

Santri zaman dulu telah mengantarkan bangsa ini menuju kemerdekaan. Santri zaman kini harus mengantarkan bangsa ini menuju kemajuan. Dulu mereka mempertahankan Merah Putih, sekarang kalian harus menjaganya dengan ilmu, iman, dan akhlak.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Mari kita jadikan peringatan Hari Santri ini sebagai momentum untuk meneguhkan kembali jati diri kita. Bahwa santri tidak boleh lemah, tidak boleh mundur, dan tidak boleh berhenti belajar. Selama Allah masih memberi napas, selama pesantren masih berdiri, selama semangat santri masih menyala maka Indonesia akan selalu punya harapan.

Santri dulu pejuang tanpa pamrih, santri kini penggerak negeri!
Semoga Allah senantiasa membimbing langkah kita dalam iman, ilmu, dan amal saleh.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, dan kesempatan untuk berkumpul dalam suasana penuh berkah pada peringatan Hari Santri Nasional tahun 2025 ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam manusia agung yang menjadi teladan utama bagi seluruh umat, baik di bumi maupun di langit.

Hadirin yang saya hormati,

Anak-anakku, para santri yang saya banggakan,

Hari ini, kita diingatkan kembali tentang jati diri seorang santri. Santri bukan hanya mereka yang mempelajari kitab dan menimba ilmu di pesantren, tetapi juga mereka yang menjadikan ilmu sebagai cahaya, dan akhlak sebagai napas kehidupan.
Santri bukan hanya belajar untuk dirinya sendiri, tapi belajar untuk membawa manfaat bagi sesama.

Tema peringatan kita hari ini, “Menjadi Santri yang Membumi dan Meneladani Langit,” mengandung makna yang begitu dalam. Membumi berarti rendah hati, dekat dengan masyarakat, memahami realitas kehidupan, dan mampu hadir di tengah-tengah umat dengan membawa kebaikan. Sedangkan meneladani langit berarti menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan, meneladani akhlak Nabi, serta senantiasa berpegang pada kebenaran dan keikhlasan dalam setiap langkah.

Santri yang membumi tidak hidup di menara gading. Ia hadir di tengah masyarakat, membantu, menenangkan, dan menuntun.
Ia tidak merasa lebih tinggi karena ilmu yang dimiliki, justru semakin berilmu, semakin ia tunduk kepada Allah. Sebaliknya, santri yang meneladani langit selalu menjaga hatinya agar tidak kotor oleh kesombongan dunia, dan pikirannya agar tidak terhijab oleh kepentingan pribadi.

Anak-anakku,

Menjadi santri yang membumi berarti menjadi pelita di tempat gelap. Gunakan ilmu kalian untuk mengajar anak-anak yang belum bisa membaca Al-Qur’an, untuk membantu sesama yang sedang kesulitan, untuk menebarkan kedamaian di lingkungan sekitar.
Sementara meneladani langit berarti menjaga kesucian niat, beribadah dengan tulus, berakhlak lembut, dan tidak lelah meneladani Rasulullah sang insan kamil yang menjadi cermin sempurna bagi umat manusia.

Di era modern seperti sekarang, santri dituntut bukan hanya paham agama, tapi juga peka terhadap zaman. Teknologi boleh maju, tapi hati jangan kosong. Dunia boleh berubah, tapi nilai jangan luntur. Santri masa kini harus bisa menggabungkan kedalaman spiritual dan kecerdasan intelektual menjadi insan yang shalih dan cerdas, yang bisa menginspirasi tanpa kehilangan arah.

Ingatlah, wahai para santri,

Langit memberi hujan kepada bumi bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk kehidupan. Begitu pula santri sejati, ia belajar bukan hanya untuk dirinya, tapi untuk membawa manfaat bagi banyak orang.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Mari kita jaga semangat Hari Santri ini dengan tekad yang kuat untuk menjadi insan yang seimbang antara dunia dan akhirat. Mari kita menjadi santri yang membumi dalam pengabdian, dan meneladani langit dalam keimanan. Karena dari tangan-tangan para santri yang rendah hati dan hati-hati yang bersih, insyaAllah lahir masa depan bangsa yang penuh berkah.

Santri membumi dalam amal, dan meneladani langit dalam akhlak.
Semoga Allah Subhanahu Wata’ala menjadikan kita semua bagian dari santri yang terus berjuang menegakkan kebenaran dan menyebarkan kedamaian.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga pada pagi yang penuh berkah ini kita dapat berkumpul dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional tahun 2025.

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, suri teladan dalam setiap langkah perjuangan hidup.

Yang saya hormati para asatidz, para guru, para kiai, dan seluruh santri yang saya banggakan,

Hari Santri bukan sekadar seremonial atau perayaan tahunan. Ia adalah momen untuk mengenang dan meneladani semangat juang santri, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan bangsa menuju kemerdekaan.

Sejarah mencatat, pada masa penjajahan, para santri dan ulama tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga menanamkan cinta tanah air sebagai bagian dari iman. Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 yang dicetuskan oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari menjadi bukti nyata bahwa semangat santri adalah semangat perjuangan, semangat mempertahankan kemerdekaan, dan semangat menegakkan kedaulatan bangsa.

Mereka berjuang tanpa pamrih. Dengan sorban di kepala dan tekad di dada, para santri maju ke medan laga, menyatukan doa dan keberanian demi tegaknya Merah Putih di bumi pertiwi. Mereka tidak hanya membela agama, tetapi juga membela tanah air dari penjajahan dan ketidakadilan.

Hadirin yang berbahagia,

Semangat juang santri itu kini harus kita warisi dan wujudkan dalam bentuk yang berbeda. Kita tidak lagi mengangkat bambu runcing, tetapi kita harus mengangkat pena, ilmu, dan akhlak mulia. Kita tidak lagi berperang melawan penjajah berseragam, tetapi berjuang melawan kebodohan, kemiskinan, korupsi, dan kemerosotan moral.

Santri masa kini harus menjadi pejuang ilmu dan penjaga nilai.
Menjadi santri berarti berani bersuara untuk kebenaran, menjaga persatuan dalam perbedaan, dan menjadi teladan dalam kejujuran, kerja keras, serta kesederhanaan. Santri harus mampu hadir di tengah masyarakat, membangun bangsa dari akar moral dan spiritual.

Kita ingin melihat santri berdiri di setiap lini kehidupan:
di pemerintahan, sebagai pemimpin yang adil;
di kampus, sebagai intelektual yang berakhlak;
di dunia digital, sebagai penyebar kebaikan dan penebar nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Anak-anakku, para santri yang saya banggakan,

Bangsa yang berdaulat bukan hanya kuat secara politik, tetapi juga berdaulat secara moral dan spiritual. Kedaulatan sejati lahir dari hati yang bersih, ilmu yang bermanfaat, dan akhlak yang terjaga. Dan santri adalah penjaga kedaulatan itu penjaga nilai, penjaga nurani bangsa.

Mari kita jadikan Hari Santri ini sebagai pengingat bahwa perjuangan belum selesai. Kita harus terus meneladani semangat juang para santri terdahulu dengan cara kita hari ini: belajar sungguh-sungguh, bekerja dengan ikhlas, dan berbakti kepada negeri dengan sepenuh hati.

Santri berjuang dengan iman, membangun dengan ilmu, dan menjaga Indonesia dengan akhlak. Dengan semangat itu, insyaAllah Indonesia akan tetap berdaulat, berakhlak, dan bermartabat.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Demikian kumpulan pidato Hari Santri Nasional 2025 berbagai tema yang bisa menjadi referensi. Semoga bermanfaat ya, infoers!

Contoh Pidato Hari Santri Nasional 2025

1. Pidato Hari Santri Nasional 2025: Santri Jaga NKRI

2. Pidato Hari Santri Singkat: Santri di Era Digital

3. Peran Santri dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2024

4. Contoh Pidato HSN tentang Komitmen Santri

5. Pidato Hari Santri Tentang Santri dan Akhlak Mulia

6. Santri dan Cinta Tanah Air

7. Menjaga Merah Putih dengan Iman dan Ilmu

8. Santri Zaman Dulu, Pejuang Tanpa Pamrih; Santri Zaman Kini, Penggerak Negeri

9. Menjadi Santri yang Membumi dan Meneladani Langit

10. Meneladani Semangat Juang Santri untuk Indonesia yang Berdaulat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *